Senin, 14 Juni 2010

Keluhan Burung Bulbul

Keluhan Burung Bulbul


Burung Bulbul adalah seekor burung yang hampir gila karena gairah nafsunya yang membara. Perasaanya dituangkan dalam ribuan nada dan nyayian. dan setiap nada mengandung rahasia-rahasia cinta.

"Rahasia-rahasia cinta tidak asing lagi bagiku" katanya.Aku selalu mengajarkan nyanyian-nyanyian baru dan selalu pula mengulang duka yang baru. Bila aku terpisah dari mawarku maka hidup akan terasa sunyi. Aku tidak dapat lagi bernyanyi. Dan tak akan kubisikkan rahasiaku kepada siapapun.

Hanya mawar yang mengerti perasaan cintaku. Cintaku pada mawar sangat dalam sehingga aku tak sempat memikirkan diriku sendiri. Hidupku disibukkan oleh mawar yang kelopaknya bercabang bagaikan kerang.

Nasihat Burung HudHud kepada burung BulBul

"Wahai burung BulBul, engkau telah disilaukan oleh bentuk lahir segala sesuatu, Berhentilah menikmati ketergantungan yang menyesatkan. "Cinta mawar itu berduri, Mengusik. dan menguasai dirimu. Meskipun mawar sangat jelita namun keindahanya fana. Barangsiapa yang mencari kesempurnaan diri, janganlah diperbudak oleh cinta yang cepat berlalu. Jika senyuman mawar itu membangkitkan birahimu, itu hanya memenuhi hari dan malammu dengan ratapan dan kesedihan.

Tinggalkanlah mawar dan malulah terhadap dirimu sendiri. Di setiap awal musim semi ia mentertawakanmu dan kemudian layu tak lagi mau tersenyum padamu.

Abdullah Ibn Mas'ud dan Pencuri

Abdullah Ibn Mas'ud dan Pencuri


Ini adalah kisah tentang salah seorang sahabat Nabi SAW. Namanya Abdullah ibn Mas'ud - semoga ALLOH meridhoinya-. Ia memang bukan sahabat biasa. Ia juga seorang ulama. Tentangnya, Rasulullah pernah berkata : "Sesungguhnya kaki (ibnu Mas'ud) di timbangan Allah pada hari kiamat itu jauh lebih berat daripada gunung Uhud."

Bagaimanakah gerangan perilaku beliau sehingga mendapatkan karunia itu ? Inilah salah satu di antaranya.

Suatu hari, beliau pergi ke pasar dengan membawa beberapa keping dirham untuk membeli sedikit makanan. Tanpa diduga, ada seorang pencuri yang mencuri dirham itu diam-diam.

Orang-orang yang mengenal Abdullah Ibn Mas'ud lalu mendoakan kesialan bagi pencuri itu. Namun beliau justru mengatakan : "Kalian jangan mendoakan kesialan untuknya. Akulah pemilik dirham-dirham itu, aku akan berdoa untuknya, dan harap kalian mau mengaminkan doaku".

Beliau kemudian mengangkat tangannya lalu berdoa :" Ya Allah ! Bila Engkau mengetahui bahwa orang yang mencuri dirhamku adalah orang yang berhajat padanya, maka berkahilah ia dengan dirham itu, dan bila Engkau mengetahui bahwa ia sebenarnya tidak berhajat padanya, maka Ya Allah jadikanlah ini sebagai kemaksiatan terakhir yang ia lakukan dalam hidupnya". (Wa'akhlish Al-'Amal, hal 91)

Demikianlah tutur kata dari sebuah hati yang bersih. Dan itulah sumber dari segala ketenangan jiwa.

Mukhabarah dan Muzara'ah

Mukhabarah dan Muzara'ah


Mukhabarah dan Muzara'ah, keduanya adalah bentuk usaha paroan sawah atau ladang.

Mukhabarah ialah suatu aqad yang terjadi antara pemilik tanah dan pengelola tanah untuk digarap dengan ketentuan bahwa benih yang akan ditanam adalah dari penggarap tanah tersebut.

Muzara'ah ialah suatu aqad yang terjadi antara pemilik tanah dan pengelola tanah untuk digarap dengan ketentuan bahwa benih yang akan ditanam adalah dari pemilik tanah tersebut.

Hukum keduanya oleh sebagian ulama diperbolehkan, dengan dasar hadits Rasulullah SAW berikut :

Dari Abu Umar, sesungguhnya Nabi SAW telah menyerahkan tanah kepada penduduk khaibar agar ditanami/dipelihara dengan perjanjian mereka akan diberi sebagian dari hasil kebun tersebut, baik berupa buah-buahan mauoun hasil tanaman lainnya." (HR. Muslim).

Sebagian ulama yang lain melarang paroan sawah atau ladang ini dengan alasan sebagai berikut :

Dari Rafi' bin Khadij, ia berkata, di antara kaum Anshar yang paling banyak memiliki tanah adalah kami, maka kami sewakan sebagian tanah untuk kami dan sebagian untuk mereka mengerjakannya. Kadang-kadang sebagian tanah berhasil baik dan yang lain tidak berhasil, maka oleh karenanya Rasulullah SAW melarang paroan dengan cara demikian." (HR. Al-Bukhari).

Hadits yang melarang paroan sawah/ladang maksudnya jika ditentukan pernghasilan dan sebagian tanah mesti kepunyaan di antara pemilik tanah dan penggarapnya. Pada masa lampau paroan sawah/ladang ini sering terjadi adanya persyaratan di antara mereka mengambil sawah/ladang yang lebih subur. Hal semacam inilah yang dilarang oleh hadits, karena akan merugikan salah satu pihak.

Adapun pembagian hasil mukhabarah dan muzara'ah dibagi antara pemilik tanah dan penggarapnya sesuai perjanian sewaktu aqad secara adil, maka yang demikian itu tidak termasuk yang dilarang oleh hadits.

Godaan Dunia

Godaan Dunia


Dalam kisah Isra' dan Mi'raj, dunia secara simbolik digambarkan seperti wanita lanjut usia (lansia). Tapi, meski sudah lansia, ia tetap ingin tampil lebih menarik. Ia tidak lupa mempercantik diri dengan dandanan dan aksesori yang beraneka ragam. Itulah dunia yang, karena kecantikannya, sangat digemari manusia meski usianya sudah sangat tua.

Manusia memang memiliki kecenderungan yang sangat kuat kepada dunia dan kemewahannya. Allah SWT berfirman, ''Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah tempat kembali yang baik (surga).'' (Ali 'Imran: 14).

Perkataan dunia dalam ayat di atas, menurut Imam Ghazali, dapat dipahami secara fisik dan nonfisik.

Secara fisik dunia menunjuk kepada seluruh benda-benda yang ada di alam ini, sedangkan secara nonfisik (rohani), dunia menunjuk kepada sikap dan perbuatan (A'mal al-qulub) terhadap dunia itu sendiri seperti sifat loba, serakah, sombong, dan membanggakan diri. Bagi Ghazali, semua sifat-sifat ini disebut dunia dalam arti bathini atau rohani.

Sebagai tokoh sufi, Ghazali banyak memberikan nasihat dan taushiyah dalam soal dunia ini. Intinya, ia mengingatkan agar manusia tidak tergoda dan teperdaya oleh daya tarik dunia. Pesannya, ''Wahai sekalian manusia, jangan sekali-kali kalian condong pada dunia, karena ia suka menipu dan memperdaya. Tipu dayanya terkadang membuat kamu jatuh hati. Ia terus bersolek di hadapan para penggemarnya, sehingga ia tak ubahnya seorang pengantin wanita yang sangat cantik jelita. Semua pandangan tertuju padanya. Semua orang terpikat dan merindukannya. Namun, jangan kalian lupa, betapa banyak orang yang merindukannya justru dibunuhnya, dan orang yang sepenuh hati mencintainya justru dikhianatinya.''

Agar tidak tertipu, menurut Ghazali, setiap Muslim perlu mengetahui hakikat dunia, termasuk mengetahui mana yang buruk, mana yang harus dijauhi, dan mana yang boleh diambil. Dalam kaitan ini, dunia terbagi ke dalam tiga kategori. Pertama, bagian dunia yang bernilai abadi dalam arti berguna dan bermanfaat bagi manusia di akhirat, yaitu ilmu dan amal.

Kedua, bagian dunia yang merupakan kesenangan sesaat dan tidak ada nilainya sama sekali di akhirat kelak, seperti bersenang-senang dan berfoya-foya dengan kenikmatan dunia.

Ketiga, bagian dunia yang mendukung kebaikan akhirat. Bagian ini tidak sama dengan bagian pertama, tapi merupakan pendukung dan sarana bagi terwujudnya bagian pertama.

Dari bagian ini, yang diburu oleh banyak manusia justru bagian kedua, yaitu bagian yang pada akhirnya akan membuat manusia menderita. Hal ini, karena bagian tersebut hanya akan mendatangkan dua hal saja, yaitu hisab (audit dan pertanggungjawaban kekayaan) dan azab atau siksa. Kata Nabi, ''Harta itu halalnya hisab sedangkan haramnya merupakan azab.'' Jadi, kalau begitu, kita harus pilih bagian pertama dan ketiga, supaya kita selamat dari godaan dunia.

Dua Macam Pencuri

Dua Macam Pencuri




Seorang ulama besar, Umar bin Ubaid melewati kerumunan orang-orang yang sedang berdiri. Dia bertanya, "Apa maksud kerumunan orang-orang ini?"

Mereka menjawab, "Sultan sedang melaksanakan hukuman potong tangan terhadap seorang pencuri."

Umar berkata lagi dengan suara lantang, "Laa ilaaha illallaah. Pencuri terang-terangan memotong tangan pencuri yang sembunyi-sembunyi."

Beda Manusia dan Binatang



Beda Manusia dan Binatang

Para filosof Barat menyatakan bahwa hakikat manusia dan binatang sama. Perbedaannya terletak pada otak. Karena itu mereka berpendapat bahwa manusia itu adalah binatang yang berpikir dan berakal.

Para filosof Muslim melengkapinya dengan sarana lain; yaitu akhlak. Alhasil, manusia adalah makhluk yang punya otak dan punya akhlak.

"Jika hanya punya otak saja, manusia tetap akan bertindak seperti binatang: merasa benar sendiri, tidak menghargai orang lain, suka melanggar norma susila. Akibatnya, manusia akan menjadi lebih sesat daripada binatang."

Kata seorang hukama. Ia juga menambahkan bahwa sifat dasar makhluk adalah al-qassatul qalbu (keras hati), al-qilla'ul haya (tak punya malu), dan al-istighalu bi uyubil khalqi (sibuk mengintai kelemahan makhluk lain).

Tiga sifat dasar ini dinetralisir oleh kemuliaan dan ketinggian akhlak, sehingga manusia akan berhati lembut, memiliki rasa malu dan toleran terhadap orang lain."