Jumat, 20 Maret 2009

Yuk Pindah Muxlim.com

'Virus' situs jejaring sosial memang sedang mewabah di hampir seluruh penjuru dunia. Jika kini masyarakat Indonesia tengah dilanda demam Facebook, umat Muslim di negara-negara Islam justru menggemari Muxlim. Situs gaya hidup komunitas Muslim ini tak kalah hebat dibandingkan Facebook, Friendster, dan MySpace.

Situs jejaring sosial khusus komunitas Muslim itu kali pertama diluncurkan pada 2006. Muxlim Inc yang didirikan Mohamed El-Fatatry dan Pietari Paivenen--dua entrepreneur yang berbasis di Finlandia--itu telah meraih kesuksesan. BBC menabalkan Muxlim sebagai salah satu situs jejaring sosial yang tumbuh paling cepat di dunia.

Tak cuma itu, situs gaya hidup komunitas Muslim ini juga diakses puluhan juta pengunjung setiap tahun. Tak heran, jika Muxlim pun dinobatkan sebagai salah satu finalis Red Herring 100. Pada 2008, surat kabar terkemuka di Finlandia Helsingin Sanomat memasukkan Muxlim Inc dalam 100 perusahaan tersukses di negara itu.

Majalah teknologi terkemuka di Amerika Serikat (AS) menobatkan Muxlim sebagai salah satu best tech start-ups dari Eropa. Situs jejaring sosial khusus umat Muslim itu menawarkan tiga layanan. My Muxlim menjadi situs jejaring sosial yang menghubungkan umat Muslim di 190 negara.

Selain itu, situs ini juga menawarkan Search.Muxlim.com, yang berfungsi untuk melacak dan mencari situs Muslim serta seluruh web. Yang paling hebat, situs jejaring sosial ini menawarkan Quran.Muxlim.com. Dengan fasilitas itu, Anda bisa mendapatkan terjemahan Alquran dalam 25 bahasa.

Lalu, apa yang membuat anak Muda Muslim di Eropa dan Amerika Utara menggemari Muxlim? Shabana Ahmadzai (19) warga Finlandia keturunan Afghanistan mengaku sudah dua tahun bergabung menjadi anggota Muxlim. Menurut dia, membuat pertemanan dan gabung dalam sebuah grup di Muxlim lebih mudah ketimbang di Facebook.

"Kami semua berbagi ideologi yang sama meskipun kamu non-Muslim bahkan ateis sekalipun. Kenyataannya di Muxlim, Anda akan tertarik untuk mengetahui Islam dan mengetahui bagaimana Muslim itu,'' papar Shabana kepada Reuters di sebuah kafe di Helsinki, Finlandia.

Menurut pendiri Muxlim, Mohamed El-Fatatry (24), jumlah pengunjung situs jejaring sosial yang diciptakannya mampu mencapai 1,5 juta per bulan, naik pesat dibandingkan 18 bulan lalu yang hanya mencapai 100 ribu pengunjung.

"Jumlah pengunjung Muxlim hanya dua persen dari total populasi dunia online Muslim,'' papar El-Fatatry yang datang dari Uni Emirat Arab (UAE) ke Finlandia untuk belajar pada 2004. Di negara skandinavia itu, El-Fatatry justru meraih kesuksesan dengan situs pertemanan yang diciptakannya.
Menurut dia, Muxlim hidup dari iklan dan jualan konten yang dapat diunduh. El-Fatatry menargetkan akhir tahun ini, Muxlim akan menjadi situs jejaring sosial yang dikunjungi 10 juta pengguna setiap bulannya. Salah satu strateginya, Muxlim akan merambah negara-negara minoritas Muslim.

Kini, sekitar 60 persen pengguna Muxlim berasal dari Amerika Utara dan Eropa. Sekitar tiga persen anggota Muxlim adalah non-Muslim dan lebih dari separuh pecinta situs itu adalah kaum hawa. Situs ini pada 2007 mendapat suntikan dana sebesar 2 juta dolar AS dari perusahaan Rite Internet Ventures.

"Muxlim memiliki jumlah lalu lintas pengunjung yang bagus. Situs ini diapresiasi oleh penggunanya,'' ungkap Chief Executive Rite Internet Ventures--perusahaan berbendera Swedia--Christoffer Hagglund. Muxlim terus mengembangkan diri. Kini, perusahaan itu sedang mencari suntikan dana lebih besar agar mampu menjangkau seluruh komunitas Muslim.

Masyarakat Muslim dunia adalah pasar yang sangat menjanjikan. Pada 2007, JWT--sebuah agen periklanan--memperkirakan pendapatan tahunan umat Islam di AS mencapai 170 miliar dolar AS. Jumlah umat Islam di dunia mencapai 1,5 miliar jiwa. Sebuah pasar yang sangat menjanjikan. Akankah Muxlim mampu menyalip Facebook dan Friendster? (dakta)

- http://www.muxlim.com/ - Main
- http://quran.muxlim.com/ Browse Al Quran
- http://pal.muxlim.com/ -> Virtual world
- http://tv.muxlim.com/ -> TV/Video
- http://fm.muxlim.com/ -> Audio Community
- http://blogs.muxlim.com/ -> Blogs
- http://forum.muxlim.com/ -> Forum Diskusi
- http://images.muxlim.com/ -> Images Hosting
- http://my.muxlim.com/games/ -> Games
- http://muxlim.com/chat/ -> Chatting



Selasa, 17 Maret 2009

Janji-Janji Partai Politik

Pemilu akan berlangsung pada 9 April 2009, artinya hajatan besar bangsa ini, sebulan lagi dilaksanakan. Hiruk pikuk kegiatan partai politik berlangsung. Mereka tak hentinya menyampaikan visi, misi, dan platformnya kepada rakyat, melalui dialog langsung dan melalui media. Intinya, mereka menyampaikan janji-janji dengan kemasan retorika politik yang menarik.

Tujuannya adalah mendapatkan dukungan dari rakyat sebanyak-banyaknya. Karena, semua partai politik memiliki target perolehan suaranya yang lumayan tinggi. Ramainya aktivitas politik dari partai-partai ini tak terlepas dari keputusan Mahkamah Konstitusi (MK), yang memutuskan suara terbanyaklah yang berhak menjadi anggota legislative.

Janji-janji partai politik yang sebentar lagi akan melakukan kampanye itu, ada yang menyatakan akan menciptakan 12 juta lapangan kerja, menurunkan harga sembako (sembilan kebutuhan pokok) rakyat, atau menyulap harga sembako menjadi murah, mempertahankan lahan-lahan produktif, menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 12 persen, menjadwalkan pembayaran utang, menyelamatkan asset negara, melaksanakan ekonomi kerakyatan, memperkuat sektor usaha kecil (sektor riil), dan tak tanggung-tanggung ada yang akan menghijaukan 54 juta lahan hutan sudah gundul. Membebaskan biaya pendidikan, menciptakan pemerintah yang bersih (good governance), memberantas korupsi. Dan, ada yang menawarkan perubahan. Tapi, yang menawarkan Islam sebagai solusi dan alternative, suaranya terdengar sayup-sayup.

Lantas bagaimana nasib janji-janji partai-partai politik, yang sekarang ini sangat komunikatif itu di masa yang akan datang pasca pemilu? Adakah mereka akan dapat menepati janji-janji yang telah mereka sampaikan kepada rakyat?

Di dalam Islam yang pasti ada kaidah nilai syariah yang harus dipahami.

Dari Anas meriwayatkan bahwa Rasulullah Shallahu alaihi wa salam, setiap khotbah menyatakan : “Tidak ada iman bagi orang yang tidak memiliki amanah dan tidak ada agama bagi orang yang tidak memegang janji”. (HR.Ahmad dan Al-Bazzaar).

Tsauban meriwayatkan bahwa Rasulullah Shallahu alaihi wa salam bersabda : “Barangsiapa datang pada hari kiamat dengan bersih dari tiga perkara, maka ia akan masuk surga : takabur, ghuluul (korupsi), dan utang”. (HR. An-Nasa’I dan al-Hakim).

Seorang shahabat, Ziad bin Khalid, menuturkan bahwa seorang shahabat Rasulullah Shallahu alaihi wa salam, wafat pada perang Khaibar. Kemudian, kematiannya dikabarkan kepada Rasulullah Shallahu alaihi wa salam, dan agar menshalatinya.

Rasulullah Shallahu alaihi wa salam, bersabda : “Kalian saja yang menshalatinya”. Wajah orang-orang berubah seketika mendengar itu. Beliau lalu bersabda : “Teman kalian itu melakukan ghuluul (korupsi), padahal ia berjihad di jalan Allah Ta’ala”. Maka, kami pun memeriksa barang-barangnya. Kami menemukan sebuah manik-manik miliki Yahudi, nilainya tidak lebih dari dua dirham”. (HR.Malik, Ahmad, Abu Dawud,Ibnu Majah). Dalam jihad qital saja dilarang ghuluul (korupsi), apalagi jihad 'siyasi'.

Janji-Janji Partai Politik

Pemilu akan berlangsung pada 9 April 2009, artinya hajatan besar bangsa ini, sebulan lagi dilaksanakan. Hiruk pikuk kegiatan partai politik berlangsung. Mereka tak hentinya menyampaikan visi, misi, dan platformnya kepada rakyat, melalui dialog langsung dan melalui media. Intinya, mereka menyampaikan janji-janji dengan kemasan retorika politik yang menarik.

Tujuannya adalah mendapatkan dukungan dari rakyat sebanyak-banyaknya. Karena, semua partai politik memiliki target perolehan suaranya yang lumayan tinggi. Ramainya aktivitas politik dari partai-partai ini tak terlepas dari keputusan Mahkamah Konstitusi (MK), yang memutuskan suara terbanyaklah yang berhak menjadi anggota legislative.

Janji-janji partai politik yang sebentar lagi akan melakukan kampanye itu, ada yang menyatakan akan menciptakan 12 juta lapangan kerja, menurunkan harga sembako (sembilan kebutuhan pokok) rakyat, atau menyulap harga sembako menjadi murah, mempertahankan lahan-lahan produktif, menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 12 persen, menjadwalkan pembayaran utang, menyelamatkan asset negara, melaksanakan ekonomi kerakyatan, memperkuat sektor usaha kecil (sektor riil), dan tak tanggung-tanggung ada yang akan menghijaukan 54 juta lahan hutan sudah gundul. Membebaskan biaya pendidikan, menciptakan pemerintah yang bersih (good governance), memberantas korupsi. Dan, ada yang menawarkan perubahan. Tapi, yang menawarkan Islam sebagai solusi dan alternative, suaranya terdengar sayup-sayup.

Lantas bagaimana nasib janji-janji partai-partai politik, yang sekarang ini sangat komunikatif itu di masa yang akan datang pasca pemilu? Adakah mereka akan dapat menepati janji-janji yang telah mereka sampaikan kepada rakyat?

Di dalam Islam yang pasti ada kaidah nilai syariah yang harus dipahami.

Dari Anas meriwayatkan bahwa Rasulullah Shallahu alaihi wa salam, setiap khotbah menyatakan : “Tidak ada iman bagi orang yang tidak memiliki amanah dan tidak ada agama bagi orang yang tidak memegang janji”. (HR.Ahmad dan Al-Bazzaar).

Tsauban meriwayatkan bahwa Rasulullah Shallahu alaihi wa salam bersabda : “Barangsiapa datang pada hari kiamat dengan bersih dari tiga perkara, maka ia akan masuk surga : takabur, ghuluul (korupsi), dan utang”. (HR. An-Nasa’I dan al-Hakim).

Seorang shahabat, Ziad bin Khalid, menuturkan bahwa seorang shahabat Rasulullah Shallahu alaihi wa salam, wafat pada perang Khaibar. Kemudian, kematiannya dikabarkan kepada Rasulullah Shallahu alaihi wa salam, dan agar menshalatinya.

Rasulullah Shallahu alaihi wa salam, bersabda : “Kalian saja yang menshalatinya”. Wajah orang-orang berubah seketika mendengar itu. Beliau lalu bersabda : “Teman kalian itu melakukan ghuluul (korupsi), padahal ia berjihad di jalan Allah Ta’ala”. Maka, kami pun memeriksa barang-barangnya. Kami menemukan sebuah manik-manik miliki Yahudi, nilainya tidak lebih dari dua dirham”. (HR.Malik, Ahmad, Abu Dawud,Ibnu Majah). Dalam jihad qital saja dilarang ghuluul (korupsi), apalagi jihad 'siyasi'.

Kampanye Damai Partai

Seperti halnya kampanye terbuka di pemilu-pemilu sebelumnya, kekhawatiran masyarakat terhadap kegiatan ini cukup besar. Mulai dari kemacetan jalan yang tidak bisa dihindari, anakhisme massa, vandalisme, dan pengrusakan terhadap fasilitas umum dan pribadi, serta potensi bentrok antar massa parpol.

Berbeda dengan masyarakat umum yang menyimpan kekhawatiran. Kampanye terbuka justru menjadi ajang paling penting buat parpol. Di kesempatan itulah parpol bisa unjuk gigi: adu banyak pengerahan massa, adu kuat visi misi sekaligus adu canggih obral janji, dan ajang konsolidasi kekuatan partai.

Pertanyaannya, seberapa efektifkah kampanye terbuka untuk meningkatkan perolehan suara parpol di pemilu, dibandingkan dengan biaya finansial dan sosial yang dikeluarkan parpol dan masyarakat umum? Dan, apakah juga efektif bagi pendidikan politik bangsa?

Mahalnya Memilih Pemimpin

Betapa mahalnya proses memilih pemimpin. Apakah memang sebesar dan semahal itu biaya yang harus kita keluarkan untuk memilih seorang pemimpin? Semua sumber daya kita terkuras untuk memilih seorang pemimpin, yang ternyata belum tentu juga kebaikannya untuk orang banyak. Dulu, kita memang beli kucing dalam karung. Hari ini, tidak lagi. Kita sudah tidak beli kucing dalam karung. Tapi sesungguhnya tak banyak yang berbeda. Kalau dulu kucingnya di dalam karung, sekarang kucingnya sudah di luar karung.

Lihat saja berapa banyak yang dikeluarkan rakyat untuk pemilihan kepala daerah di Jawa Timur. Komisi Pemilihan Umum Daerah mengaku mengeluarkan dana sekitar Rp 800 miliar. Ini belum lagi jumlah dana yang dikeluarkan oleh masing-masing peserta. Soekarwo dan Saifullah Yusuf konon menghabiskan dana Rp 1,3 triliun untuk kampanye dan segala macamnya. Angka yang dikeluarkan pasangan lawannya, entah berapa.

Sebentar lagi kita memilih wakil-wakil rakyat, para pemimpin yang terhormat. Jumlahnya sangat banyak, hampir 12.000 calon legislatif yang terdaftar. Ini belum lagi ditambah dengan 1.000 nama lebih calon anggota DPD. Biaya pemilihan umum yang dianggarkan hampir-hampir menyentuh angka Rp 7 triliun besarnya. Biaya akan semakin membesar jika kita tambahkan variabel kampanye setiap calon anggota.

Itu baru dari sisi material, dari sisi lain, secara immaterial terkuras habis-habisan. Ancaman konflik bermunculan, seperti dalam Pilkada Maluku Utara. Effort yang kita keluarkan juga sangat besar. Habis-habisan. Tenaga dan perhatian, terkuras lemas hanya untuk memilih pemimpin.

Pada pemilihan umum tahun 2004 lalu, pasangan Wiranto dan Shalahuddin Wahid melaporkan pengeluaran kampanye mereka sebesar Rp 86 miliar. Megawati dan Hasyim Muzadi, Rp 84 miliar. Amien Rais dan Siswono, Rp 16 miliar. Sedangkan Agum Gumelar dan Hamzah Haz sebesar Rp 16 miliar. Itu baru yang kalah. Artinya, berapa besar dana yang dikeluarkan oleh sang pemenang? Apakah cara seperti ini yang kita inginkan?

Padahal, menurut Imam al Ghazali faktor imamah atau masalah kepemimpinan adalah faktor terakhir dalam struktur kepentingan umat Islam. Jauh di atasnya, masalah tauhid dan agama menjadi masalah penting yang seharusnya mendapat perhatian umat Islam. Tapi hari ini, justru masalah paling terakhirlah yang menyita begitu banyak tenaga, sumber daya, harta dan perhatian kita. Tapi hasilnya tidak sepadan dengan daya upaya besar yang telah dikeluarkan. Kita memilih pemimpin yang hasilnya belum tentu bisa memimpin.

Saya teringat kisah tentang Muhammad al Fatih ketika masuk dan menaklukkan kota Konstantinopel, atau kini yang lebih kita kenal dengan sebutan Istanbul. Pertempuran selesai dan reda, pada hari Rabu saat itu. Setelah cukup beristirahat, Muhammad al Fatih mengumpulkan seluruh pasukannya di tanah lapang pada keesokan hari.

Hari Kamis, Muhammad al Fatih mengumpulkan pasukannya hanya untuk satu tujuan: memilih imam untuk shalat Jumat, besok hari. Seluruh pasukan berkumpul di tanah lapang, dan Muhammad al Fatih mulai mengajukan tiga pertanyaan.

Pertanyaan pertama, ”Barangsiapa sejak aqil baligh sampai hari ini, pernah meninggalkan shalat fardhu, meski sekali, silakan duduk!”

Ketika pertanyaan pertama diajukan, jawabannya sungguh luar biasa. Tak seorang pun dari pasukannya yang duduk. Artinya, tak seorang pun dari pasukannya pernah meninggalkan shalat fardhu. Duhai, betapa haibat-haibat kualitas keimanan pasukan Muhammad al Fatih ini. 

Pertanyaan kedua, ”Barangsiapa sejak aqil baligh sampai hari ini, pernah meninggalkan shalat sunnah rawatib, meski sekali, silakan duduk!”

Ketika pertanyaan kedua diajukan, setengah dari pasukannya duduk. Artinya, secara jujur mereka mengakui bahwa setengah dari pasukan pernah meninggalkan shalat sunnah rawatib. Itu pun sungguh luar biasa, menjaga shalat sunnah rawatib. Siapa yang pernah memikirkannya seserius ini.

Pertanyaan ketiga, ”Barangsiapa sejak aqil baligh sampai hari ini, pernah meninggalkan qiyamul lail, meski hanya semalam, silakan duduk!”

Ketika pertanyaan ketiga diajukan, semua pasukan terduduk dan hanya menyisakan Muhammad Fatih sendiri yang berdiri. Artinya, dari semua orang yang hadir, hampir semuanya pernah meninggalkan qiyamul lail dan hanya Muhammad al Fatih sendiri yang tak pernah meninggalkan.

Duhai, alangkah nikmatnya dipimpin oleh seorang pemimpin yang tak pernah meninggalkan shalat malam. Dan sungguh, betapa murahnya jika kita memiliki metode pemilihan langsung seperti ini. Pertanyaanya kini adalah, masih adakah seorang pemimpin saat ini yang mampu berdiri sampai akhir pertanyaan?

Potret Politik Dunia Islam

 Sampai saat ini, umat Islam masih dirundung derita. Pesta pembantaian umat manusia yang digenderangkan Israel dan sekutunya di jalur Gaza telah menyisakan duka bagi umat Islam. Lagi-lagi umat Islam harus menaggung pendeirtaan yang berkepanjangang. 
Gerak politik dunia, memang sedang tidak memihak kepada umat Islam, terutama pasca peristiwa Sebelas September. Amerika mulai melakukan konspirasi besar terhadap dunia Islam. Dengan jargon terorismenya umat Islam dijadikan kambing hitamnya. Ide ini, selanjutnya digunakan Amerika bersama sekutunya untuk melakukan pemburuan terorisme di berbagai belahan dunia Islam. Dengan mudahnya mereka mengacak-ngacak dunia Islam tanpa tanggapan dari umat Islam sendiri. 
Sementara, umat Islam disibukan hanya dengan perbedaan-perbedaan mahzab, partai maupun organisasi. Mereka saling mengklaim merasa benar sendiri. Tak jarang, kondisi ini melahirkan pertumpahan darah dalam tubuh umat Islam. Ratusan, bahkan ribuan nyawa melayang mengatas-namakan Islam. Belum lagi, ditebarnya berbagai aliran Islam menambah permasalahan arena panggung politik dunia Islam. 
Realitas yang terjadi pada umat Islam, tentu saja memulculkan tanda tanya besar, apa sebenarnya yang sedang terjadi pada umat Islam. Mengapa ditengah porak-porandanya dunia Islam, justru Iran (Syiah) muncul menjadi negara yang pertama menyuarakan Islam. Di mana negara-negara Islam (Suni) lainnya?. Mengapa mereka diam melihat harga diri umat Islam diinjak-injak?.
Akhirnya, langkah awal yang harus kita lakukan adalah menata diri masing-masing. Setiap gerakan, aksi maupun rencana yang kita buat harus mengalbil dari nilai-nilai Tauhid. Setiap umat, harus kembali meperbaiki ketaqwaan serta memetik pelajaran akhlkul karimah dari Al-Qur’an dan As-Sunah