Kamis, 12 Maret 2009

Banzanji dan Paradoks Ritualitas Maulid SAW




Syair kitab barzanji karya Sayid Ja'far bin Husain bersentuhan dengan ahlaq Nabi. Tapi hanya jadi nyanyian ketika perayaan Maulid

Muhammad bin Abdullah, itulah nama yang paling masyhur sejagad. Sebuah nama yang selalu paling popular dalam semua zaman, melebihi semua bintang, selebritis dan bahkan tokoh yang telah dan akan menjadi pigur manusia di atas bentangan bumi ini. Popularitas nabi Muhammad SAW seolah tidak pernah menemui kata penutup bagi tinta sejarah dalam merekam jejaknya. Segala tingkah laku, tutur kata dan perjuangannya senantiasa menjadi acuan dalam tindakan manusia. Rekam jejak nabi Muhammad SAW menitiskan keteladanan yang melampaui sekat kesukuan, kebangsaan dan bahkan keagamaan. Sehingga sampai hari ini, biograpi (sirah) nabi terakhir ini (khatam al-nabiyin) paling banyak ditulis oleh umat manusia. Ragam tulisan biograpi tentang nabi Muhammad SAW mencakup semua dimensi dan sudut pandang keilmuan, baik ekonomi, sosial, politik, budaya dan kemanusiaan. Dengan demikian, Anis Mansur, pemikir sekaligun budayawan Mesir, menoreh judul buku-nya A’zam al-Khalidin (pembesar-pembesar yang abadi) dengan menempat sosok nabi Muhammad sebagai pembesar pertama di antara nama pembesar dunia lainnya. Kebesaran nabi Muhammad, menurut Anis, karena beliaulah satu-satunya manusia di jagad ini yang paling sukses, baik pada tatanan keagamaan maupun keduniaan. (Anis Mansur, 2005, 7).

Pelbagai karya tentang kepribadian nabi Muhammad SAW itu tidak hanya digoreskan oleh para ulama Islam yang notabene-nya pemangku warisan risalah beliau. Akan tetapi, ada cukup banyak karya yang diukir oleh kurir tinta pengingkar dan oposisinya. Hilal Gorgun dalam website lastprophet.info, mencoba merekam banyak karya para orientalis yang mencoba menganalisa sosok Rasul tersebut. Dalam tulisannya yang berjudul ”The Orientalist View of Prophet Muhammad” Gorgun menyebutkan karya Montgomery Watt, dalam Muhammad at Madina yang menjelaskan bahwa sebagai tokoh besar dalam sejarah, nabi Muhammad adalah tokoh yang paling banyak dicemari namanya. Masih banyak lagi karya orientalis tersebut seperti Refutation du Coran Confutatio Alcorani yang ditulis oleh Nicetas Byzantium pada abad ke 9 M, juga Chronographia yang ditulis oleh Theophanes (758 - 816).

Ragam perspektif, motif dan bahkan keyakinan perbagai penulis dan sejarawan, telah memeriahkan sekaligus memperlengkap catatan-catatan kepribadian Rasulullah tersebut, sehingga wujud nabi Muhammad SAW yang telah sirna dari alam fana, seolah dapat diilustrasikan kembali dalam kenyataan. Gambaran kepribadian Rasul selalu menjadi rujukan yang dirindu kehadirannya dalam segala ruang waktu dan masa. Sehingga semua problematika kemanusiaan sampai hari ini, bahkan untuk masa mendatang, seolah telah terakomodasi dalam sabda Rasul. Dinamika kehidupan manusia dalam lintas waktu, rasanya sangat sulit untuk tidak menoleh kepada perilaku nabi Muhammad, karena sosok kenabian dan kerasulannya mamang telah dipersiapkan oleh Pengutus (Allah SWT) untuk menjadi problem solver, pengayom dan penerang bagi kehidupan anak cucu Adam. Disnilah letak relevansi jawaban Aisyah RA ketika ditanya oleh para sahabat tentang perilaku Rasulullah, seperti apakah akhlak nabi Muhammad SAW itu? dengan bahasa yang lugas, Aisyah mengungkapkan ”kana khuluquhu Al-Quran” (akhlaknya adalah Al-Quran), sebagimana juga termaktub dalam firman Allah SWT ”wainnaka la’ala khuluk azlim”.

Dalam bingkai keindonesiaan, bincang tentang keteladanan Rasul SAW sudah menjadi bagian dari ritualitas budaya yang telah berurat berakar. Bulan Rabiul Awal seakan terhipnotis oleh ritual maulid yang tidak boleh absen dari agenda tahunan umat, bahkan telah menjadi ritual beberapa negara yang berpenduduk mayoritas muslim, sehingga pada tanggal 12 Rabiul Awal dijadikan hari cuti nasional.

Tentu dalam perspektif keagungan seorang utusan Tuhan, pengadaan pelbagai ritual hingga keputusan cuti nasional sebagai perlambangan akan cinta kepada baginda Rasul, rasanya juga belum sangat memadai, karena perjuangan nabi Muhammad SAW tidaklah sebanding dengan hadiah cuti tersebut. Bahkan, seremoni perngatangan maulid justru tidak jarang mengaburkan substansi perjuangan dan risalah ajaran yang dibawa beliau, baik dalam realitas kemanusiaan maupun dalam bingkai kerasulan. Dalam bingkai kemanusiaan, misalnya, bagaimana sikap Rasul yang sangat care terhadap eksistensi manusia, bahkan sampai kepada jasad manusia sekalipun. Seketika jenazah seorang Yahudi melintas dihadapannya, maka Rasul berdiri sebagai penghormatan atas jasad manusianya.

Maulid dan Kitab Barzanji

Dalam perspektif kerasulan, ada banyak hal yang sangat urgen untuk ditelaah kembali dalam kegiatan seremonial maulid al-rasul. Seremonial maulid yang sejatinya tidak semata ritualitas yang pada akhirnya terjumus kepada pengkultusan dan bahkan cenderung taqlid buta kepada budaya, adat istiadat dan bahkan meniru ritual agama selain Islam, merupakan kecelakaan sejarah dalam menerjemahkan pesan kerasulan Muhammad SAW. Pesan maulid yang seharusnya merekatkan kembali parsialitas pemahaman masyarakat tentang Islam yang integral, justru semakin samar. Kesan maulid di tengah masyarakat hanya tercitrakan dengan koor syair-syair kitab barzanji yang ditulis oleh ulama asal Kurdistan (al-barzanjiyah) yang bernama Sayid Ja'far bin Husain bin Abdul Karim al-Barzanji.

Kitab Barzanji yang berjudul asli "I'qd al-Jawhar fi Mawlid al-Nabiy al-Azhar" karangan ulama kesohor tesebut, isinya sangat bersentuhan dengan kehidupan Rasul, baik hikayat beliau dilahirkan, keluarga sampai kepada akhlak moral. Namun, sangat disayangkan, bait-bait syair indah dalam kitab tersebut hanya sekedar lantunan hiburan yang miskin akan makna spritualitasnya. Penerjemahan seremoni maulid ke dalam ruang ”ritualitas” sangat mungkin merupakan bagian dari parsialitas pemahaman Islam tadi, karena keberkesanan hari kelahiran Rasul seolah bentuk lain dari perayaan ”happy birth day” walau dipoles dengan irama verbalistas religius. Padahal, substansi dari perayaan maulid, selain aktualitas cinta secara verbal, mengenang kepribadian dan perjuangan Rasul, juga bagaimana menerjemahkan ketauladanan pribadi beliau ke dalam segala dimensi kehidupan manusia kekinian.

Bertolak dari fakta tersebut, akhirnya para ulama berbeda pendapat tentang perayaan ”ritual” maulid Nabi. Dari yang berdapat sangat literal sampai kepada asumsi rasional, dari yang beragumen bid’ah hingga yang berasumsi sunnah. Misalnya, Ibn Hajar berasumsi bahwa perayaan maulid belum dikreasikan pada era pertama Islam, sedangkan Jalal al-Din al-Suyuthi berasumsi bahwa seremoni maulid sudah ada semenjak kelahiran Rasul. Dengan hujjah bahwa kakek baginda nabi, Abd al-Muthalib dan nabi sendiri merayakannya sebelum era kerasulan. Pendapat lain dari Abd Rauf Uthman, yang menyuguhkan bahwa perayaan maulid ”dipatenkan” oleh penguasa Dinasti Syiah Fathimiyyah di Kairo sebagai media aproac kepada rakyat. Namun ada juga yang berasumsi bahwa perayaan maulid berawal dari inovasi Shalahuddin al-Ayubi sebagai injeksi ruh jihad kepada prajuritnya dalam menghadang pasukan salibis.

Terlepas dari mana yang paling benar dari pendapat di atas, yang jelas semua sepakat bahwa kepribadian Rasul sebagai uswah hasanah telah diabadikan Tuhan dalam Al-Quran. Uswah hasanah tersebut jelas tidak tereliminasi dalam ranah yang sempit, parsial, apatahlagi harus terkungkung dalam wilayah seremonik. Hal ini selaras dengan argumen Said Hawwa dalam bukunya al-Rasul, yang menjelaskan empat sifat esensial para Rasul itu. Pertama, kejujuran mutlak yang tidak akan pernah dibatalkan dalam kondisi apapun. Karena itu, ungkapan para Rasul akan selalu bersenyawa dengan ranah realitas. Kedua, sikap konsistensi yang total terhadap apa yang telah diperintahkan oleh Sang Pengutusnya. Dari sini, perilaku seorang Rasul sangat mustahil keluar dari rule yang telah digariskan Tuhan. Ketiga, kontinuitas peyampaian kandungan al-risalah (wahyu) secara integral walau harus menghadapi pelbagai tantangan. Keempat, kecerdasan yang brilian, karena penyampain wahyu akan mangalami stagnasi jika tidak sepadan dengan rasionalitas umat. Semua muwasafat (karakteristik) Rasul ini merupakan elemen dasar dari kepribadian Rasul dengan tanpa mengesampingkan karakteristik yang lain.

Jadi, peringantan maulid yang telah menjelma menjadi ritual tersebut, jelas bukan sekedar menceritakan keindahan pisik Rasul, keanggunan akhlak, kepiawaian kepemimpinan, dan keagungan risalah yang dibawa oleh beliau, akan tetapi semestinya semua itu menjadi cermin bagi umatnya dalam mengaca perilaku kehidupan. Sudahkan ritual itu menjadi standar yang selalu dievaluasi, atau hanya lipstik dari ungkapan bibir yang tidak pernah beriringan dengan kebijakn perilaku kita?jika belum, maka ritual maulid hanya drama paradoksal yang dipentaskan di panggung dusta. Nauzubillah! Wallhu’alam.

Rabu, 11 Maret 2009

Energisitas Shalat Tahajud Sembuhkan Berbagai Penyakit

Rasulullah SAW nyaris tidak pernah melewatkan satu malam pun kecualidengan shalat tahajud, bahkan di saat peperangan sekalipun


Apa alasan Anda tertarik meneliti tentang shalat tahajud dan hubungannyadengan sistem imun tubuh?Pertama tidak ada shalat sunat yang dianjurkan oleh Alquran kecualitahajud. Sedangkan shalat-shalat sunat lain itu hanya sampai pada tataranhadis Rasulullah SAW. Kalau shalat sunat tahajud itu ada di dalam suratAl-Muzzammil ayat 1 sampai 20 terutama pada ayat 1 sampai 10. KemudianSurat Al-Isra ayat 79. Ini alasan logika normatifnya.Kedua, Rasulullah SAW sama sekali t ida k pernah meninggalkan shalattahajud. Ketiga, tidak ada shalat sunat yang diwajibkan Islam kecualitahajjud. Selama satu tahun Rasulullah mewajibkan umatnya melaksanakanshalat tahajjud, sebelum turun ayat tadi.Lalu ada hadis kudsi yang menjelaskan tentang setiap dua per tiga malamAllah SWT turun ke langit pertama sambil menyerukan, “Hamba-Ku yang sedangruku dan sujud melaksanakan shalat tahajjud, permintaanmu akan Aku beri,doamu akan Aku kabulkan, dosamu akan Aku ampuni.” Ditambah dengan hadisriwayat Tabrani yang menjelaskan bahwa shalat tahajud itu kebiasaan yangdilakukan oleh para orang-orang saleh di jaman dulu dan itu menyembuhkanbaik fisik maupun psikis.Logika pengalamannya: saya dulu pernah kena penyakit kangker kulit. Doktersudah angkat tangan. Namun tahajud menyelamatkan saya. Tahun 1982 sampai1987, setelah itu saya dinyatakan sembuh sama sekali.Berapa lama disertasi Anda susun?Enam bulan sudah selesai. Enam bulan penelitiannya. Saya termasuktercepat, 1998 sampai 2000. Jadi, dua tahun setengah lebih satu bulan.Mengapa sistem imun yang Anda teliti?Dalam tubuh kita oleh Yang Maha kuasa sudah ada yang namanya sistem imun(daya tahan tubuh). Daya tahan tubuh itu maksudnya apa? Misalnya, darahkita kalau dilihat merah tapi kalau dianalisis darah kita campur denganreagen kemudian dianalisis di laboratorium nanti komponen di dalam tubuhmacam-macam darah itu. Jadi, ada hemoglobin, ada hormon kartisol.Dosen saya bilang, saya ini banyak mematahkan teori ilmu kedokteran lama.Semisal, jantung koroner secara teori kedokteran lama t ida k bisadisembuhkan. Tapi, melalui imunitas imunologi tadi penyakit ini bisadisembuhkan.Bagaimana bisa?Jantung koroner ini penyebabnya tersumbatnya arteri jantung karenakolestarol. Kolesterol itu adalah lemak yang berwarna kuning yang berasaldari makanan yang kita makan di ola h oleh tubuh menjadi glikogen kemudiandi ola h lagi menjadi glukosa. Glukosa diolah lagi menjadi kolesterol. Kalauorang t ida k pernah gerak maka kolesterol akan menyumbat pada organ yangt ida k pernah digerakkan. Nah, kalau orang itu mau shalat tahajudberlama-lama seperti Rasulullah SAW, dua rakaat saja semalam, nantinyaakan ada metabolisme tubuh kita akan bercucuran keringat, bahkan diruangan ber-AC sekalipun.Keluarnya keringat ini menyehatkan. Karena di dalam tubuh kita adametabolisme kolesterol-kolester ol akan dibakar ATP/ADP sehingga menjadienergi yang merangsang kelenjar keringat untuk berkeringat. Jadi, kalautidak berkeringat t ida k banyak membawa dampak fisik. Kebanyakan orangshalat tahajud itu hanya sekadar memburu-buru pahala atau mengejarmaqamammahmuda dalam pengertian sempit.Maksud Anda dengan maqamam mahmuda?Shalat tahajjud menjadi Bupati. Untuk tujuan duniawi. Keseh atan dankeimanan itu saya kira yang paling tepat untuk maqamam mahmuda.Bagaimana sampai pada kesimpulan bahwa shalat tahajud berpengaruh padasistem imun tubuh?Penelitian saya dari 51 siswa SMU yang saya ambil training sebelumnya yangusianya sama. Karena syarat penelitian kuantitatif itu harus homogen.Jadi, usianya sama yaitu laki-laki antara usia 16 tahun sampai 20 tahun.Sama-sama SMU kelas 1 H ida yatullah yang tida k pernah shalat tahajjud samasekali. Kemudian tidak pernah mengikuti tariqah-tariqah dan sebagainya.Kemudian saya ambil darahnya sebelum shalat. Kemudian saya ambil darahnyalagi setelah shalat satu bulan, saya ambil darahnya lagi setelah duabulan. Aktivitasnya sama, menu makannya sama, usianya sama, sama-samatidak pernah shalat tahajud. Ternyata variabel yang saya teliti,makrofagnya beda. Makrofag itu intinya adalah sel imunitas tubuh yangberfungsi untuk memakan sel lain yang tidak normal.Jadi, kalau ada orang kena kista itu menunjukkan bahwa makrofagnyamengalami defisiensi. Saya sudah bisa mendeteksi orang itu mengalamipenurunan. Dengan demikian kalau teorinya dirunut lebih dalam, makrofagtidak akan berproduksi kalau yang bersangkutan stress. Kalau dirunut lagimungkin orang ini kena penyakit hati seperti, iri, dengki, sombong. Nahhal yang seperti ini yang menyebabkan stress. Nggak pernah qona-ah (puas),tawakal, jadi, akidah itu menentukan sekali penyakit seseorang.Kenapa orang yang sering tahajud tak pusing kepala, padahal dia banguntengah malam?Karena ot ak kita ketika shalat tahajjud melepaskan seritonin, betaendorsin, dan melatonin yang diproduksi otak. Ketika seseorang shalattahajjud, seritonin, beta endorsin, dan melatonin itu terproduksi. Ituyang menyebabkan kita menjadi tenang. Karena ketenangan itulah makahomeostasis terjaga. Pusing disebabkan karena terganggunya homeostasis,mungkin bisa hipertensi atau hipotensi. Shalat tahajud itu kan meditasitingkat tinggi. Itu yang menjaga homeostasis atau kecenderungan untuktetap dalam keadaan normal. Orang sakit itu terganggunya homeostasis. Nah,ketika shalat tahajud relaksasinya tercapai secara maksimal makakeseimbangan tubuh terjaga. Tak akan ada hipertensi dan hipotensi.Termasuk kolesterol akan dibabat habis oleh aktivitas tahajud. Kolesterolakan hilang menjadi energi.
Bagaimana Shalat Tahajud yang Benar ?
Yaitu dilakukan dengan khusyuk, tulus ikhlas, gerakannya sepertiRasulullah shalat kemudian kontinyu. Saya merujuk kepada hadis shahihMuslim yang diriwayatkan Khuzaifah yang pernah bercerita suatu malampernah shalat tahajjud bersama Rasulullah kemudian begitu mengangkattangan sebagai tanda takbiratul ihram terdengar dari belakang Rasulullahterisak-isak karena manangis. Rasulullah kemudian membaca doa iftitahsangat pelan setelah itu membaca Al Fatihah sangat pelan sekali setelahitu baca surat . Surat yag dibaca Rasulullah tidak tanggung-tanggung yaitusurat Al Baqarah, padahal ayatnya ada 286. Ketika sampai seratus ayat kataKhuzaifah kiranya disudahi ternyata tidak masih dilanjutkan. Setelahselesai surat Albaqarah, ternyata ditambah surat An- Nisa. Setelah suratAn- Nisa , dilanjutkan membaca surat Ali Imran. Nah, sehingga satu rakaatsaja membaca tiga surat yang panjang-panjang kira-kira lima juz lebih.Kata Khuzaifah, “Bukan hanya di situ. Setelah Rasulullah membaca suratkemudian ruku yang lamanya sama dengan membaca Alqurannya. Kemudiani’tidal sama dengan rukunya. Kemudian sujud sama dengan i’tidalnya,setelah itu duduk iftiras sama dengan sujudnya. Sehingga Rasulullahsemalam hanya dua rakaat. Kemudian tambah satu rakaat witir keburu sudahBilal adzan.”
Inilah yang saya trainingkan. Tetapi saya tidak ajarkan shalat yangpanjang-panjang itu. Suratnya silahkan apa yang dihapal, tetapi setelahmembaca surat jangan langsung ruku, disambung lagi dengan dialog,mengadukan masalah kepada Allah. Bisa juga kita manfaatkan sebelum rukukita mendialogkan segala persoalan yang sedang kita hadapi. Mungkin anakyang jauh dari harapan, suami yang punya masalah, ekonomi yangmorat-marit. Itu diadukan kepada Allah. Jadi, shalat khusyuk itu bukanshalat yang lupa segala-galanya.Kita tidak perlu menargetkan shalat tahajud itu delapan rakaat ditambahtiga rakaat witir yang penting bukan kuantitasnya tapi kualitas. Adaconect, komunikasi intens dengan Allah bahwa kita sadar sesadar-sadarnyasedang shalat menghadap kepada yang Maha kuasa, Maha agung,Maha segala-galanya. Digengaman-Nya lah segala urusan. Sehingga kalau kitasudah bisa seperti itu nikmat rasanya. Karena itu nikmat maka sayang kalaudiputus. Dua rakaat saja bisa dua jam setengah.Prof Dr Mohammad Sholeh
—————

Reorientasi STAIL Hidayatullah Week ‘09

Sesekali terdengar teriakan keras dari seseorang yang berada di tengah kerumunan berjas almater hijau di sekitar halaman Masjid Aqsol Madinah komplek Ponpes Hidayatullah Surabaya. Mereka semua tunduk terdiam mendengar perintah tersebut dan semua mata tertuju pada seorang yang ditunjuk sebagai pemimpin upacara di depan.

Hening dan hikmat itulah suasana mahasiswa STAIL Hidayatullah yang sedang mengawali perkuliahannya dengan upacara reoreintasi semester genap kamis(10/03). Dengan jas almamaternya mereka berbaris dan berbanjar sesuai angkatan tahun semesternya.
Asing rasanya, karena dari teriakan-teriakan itu disebutkan dalam bahasa Arab yang notabene belum pernah dilaksanakan. Terkadang dari mahasiswa maupun pihak dosen tersenyum simpul mendengar teriakan tersebut.
Upacara berjalan lancar dengan bekal tausiyah dari Ust. Muhammad Nur Fuad M.A yang sekaligus sebagai pembina upacara. Ust. Yang diberi amanah ketua STAIL Hidayatullah Surabaya ini juga tak mau ketinggalan dengan pemimpinnya upacaranya, beliau memberikan tausiyahnya dengan bahasa arab di depan para mahasiswanya.
Selesai upacara, sekitar jam delapan mahasiswa bergerak masuk ke hall sulaiman untuk mengikuti rangkaian pembekalan reorientasi selanjutnya, yang sejatinya akan dilaksaknakan selama lima hari.
Baru sini Ust. Muhammad Nur Fuad M.A menguraikan panjang lebar tentang target-target yang akan dicapai STAIL kedepan. Dengan visi ”Menjadikan perguruan tinggi yang menghasilkan kader yang leader dan profesional”, mahasiswa diajak untuk bangkit bersama mengerahkan segala potensinya mencapai tujuan tersebut.
Dalam motivasi tersebut mahasiswa dituntut untuk bisa berbahasa Inggris dan Arab. Bangun malam akan diwajibkan disamping akan diisi perkuliahan malam.
Semoga kegiatan-kegiatan perkuliahan kedepan berjalan lancar dan tanpa halangan. Amin...! (Hdi)